Al Qur'an

Q.S. An Nur/24 : 31

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya, dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya."

QS. Al Ahzab/33 : 59

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang."

Friday, January 26, 2007

Burqini, Baju Renang yang Jadi Kontroversi

Kamis, 18 Jan 07 17:26 WIB



Menciptakan baju renang khusus untuk para Muslimah, bukan tanpa tantangang di Australia. Karena pendesain baju renang itu, Aheda Zanetti, mengaku mendapat ancaman agar tidak mempromosikan baju renang Muslimnya itu.

"Saya mendapat ancaman dibunuh lewat telepon yang bunyinya 'jika kamu berani mengiklankannya lagi di surat kabar, saya pastikan bahwa kamu...., " ungkap Zanetti.

Baju renang hasil disain Zanetti memang menimbulkan kontroversi di Australia, Namun ia menyatakan bahwa baju renangnya itu mendapat dukungan dari ulama terkemuka di Australia, Syaikh Taj Aldin al-Hilali. Dengan bangga, ia menunjukkan sertifikat persetujuan atas produk-produknya yang diberikan Hilali, meski diakuinya, sebagai ulama Hilali tidak bisa bicara dengan semua warga Muslim.

"Sebagai pemimpin keagamaan, dia adalah seorang pemimpin yang baik. Tapi sebagai jurubicara, atas nama warga Muslim Australia, saya pikir dia bukan orang yang tepat untuk bicara. Itu bukan tugasnya, " tukas Zanetti.

Ia mengatakan, tidak ada ulama lain yang akan memberikan persetujuan atas burqini, sebutan baju renang yang didisainnya.

Hilali sendiri pernah memicu kontroversi di Australia ketika ia menyamakan kalangan perempuan yang cara berpakaiannya terbuka dengan apa yang ia sebut "daging yang tidak ditutupi."

Baju renang khusus Muslimah yang didisain Zanetti-muslimah berjilbab keturun Libanon ini-terdiri dari dua bagian dilengkapi dengan penutup kepala. Dengan adanya baju renang yang didisain khusus ini, para Muslimah di Australia bisa berenang di pantai bahkan menjadi anggota tim penyelamat pantai.

"Banyak gadis-gadis dan kaum perempuan yang kehilangan aktivitas berolahraga termasuk berenang. Tidak ada yang pantas dikenakan buat mereka, jika ingin ikut serta dalam kegiatan olahraga, " ujar Zanetti pada AFP, Rabu (17/1).

"Dan kalau mereka berpartisipasi dalam olah raga dengan mengenakan jilbab, atau apapun yang ingin mereka kenakan, tidak ada yang benar-benar pas buat mereka. Bahannya tidak cocok, disainnya juga tidak cocok, " papar perempuan yang mengaku mendapatkan ide mendisain burqini ketika melihat keponakan perempuannya yang berjilbab bermain bola keranjang.

Burqini diambil dari kata burqa dan bikini. Bahannya dibuat dari polyester dilengkapi dengan pelindung air dan ultraviolet. Baju renang burqini, menutup semua bagian tubuh, kecuali tangan, telapak kaki dan wajah.

Perusahaan Zanetti di Punchbowl, Sydney, kini menerima ratusan pesanan birqini dari penjuru Australia, bahkan dari luar negeri yang harganya antara 160 sampai 200 dollar Australia. (ln/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/news/int/45af4b2a.htm

Mesir Larang Perempuan Bercadar Mengajar Agama



Rabu, 17 Jan 07 16:14 WIB

Menteri Wakaf Mesir Mahmud Hamidi Zaqzuf, mengatakan pihaknya menolak muslimah yang mengenakan cadar bekerja sebagai tenaga penyuluhan agama di masjid-masjid.

Menurutnya, langkah pelarangan ini agar tradisi memakai cadar tidak menyebar di masyarakat Mesir. Dalam keterangan yang ia sampaikan kepada harian Al-Mashri Al-Youm, dikatakannya, “Perempuan bercadar tidak berhak memberi pengajaran agama untuk para perempuan. Karena cadar itu adalah adat atau tradisi dan bukan ibadah, dan juga tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali.”

Harian Jomhouriya milik pemerintah Mesir juga menegaskan hal ini. Dalam harian itu bahkan disebutkan bahwa keputusan tersebut telah berjalan dengan dimutasikannya sejumlah guru perempuan bercadar yang mengajar agama, ke tugas-tugas administratif saja.

Pekan lalu, menteri wakaf meminta untuk semua instansi agama agar mengeluarkan perempuan bercadar dari keikutsertaan mereka dalam pelatihan imam masjid. Perintah itu harus dilakukan, bila yang bersangkutan tidak mau melepas cadarnya. (na-str/dstr)

Source : http://www.eramuslim.com/news/int/45adb63d.htm

Polwan Muslimah itu Diwisuda Tanpa Harus Jabat Tangan dan Foto Bersama

Senin, 22 Jan 07 16:51 WIB


Komisaris Polisi London Metropolitan Sir Ian Blair sempat berang ketika mendengar seorang polwan yang baru lulus meminta kelonggaran untuk tidak bersalama dengannyanya di acara wisuda.

Kepolisian London bahkan sempat melakukan penyelidikan khusus atas kasus tersebut.

Surat kabar terbitan Inggris Sunday Mail edisi Minggu (21/1) dalam laporannya mengutip pernyataan seorang aparat kepolisian senior yang mengungkap ihwal kasus itu.

"Sir Ian diberitahu tentang permintaan polwan itu ketika ia tiba di acara wisuda. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan ia sangat marah. Tapi ia menuruti permintaan itu agar tidak merusak acara, " ujar sumber tadi.

Tidak disebutkan siapa nama Polwan yang kini ditugaskan di sebuah pos polisi di London Timur itu. Yang jelas polwan tersebut seorang muslimah yang mengenakan jilbab. Selain minta kelonggaran untuk tidak berjabat tangan dengan Komisaris, sang polwan juga minta izin untuk tidak ikut foto bersama Komisaris, dengan alasan tidak mau fotonya digunakan untuk "tujuan propaganda."

Juru bicara kepolisian London Metropolitan mengatakan, biasanya, institusinya tidak mentoleransi permintaan semacam itu dan anggota kepolisian yang tidak melaksanakan kewajibannya akan dipecat.

Tapi, kata Juru bicara tadi, pihaknya memberi kelonggaran "karena ingin meminimalkan gangguan terhadap kegembiraan orang lain dan demi kelancaran acara salah satu even yang paling penting dalam karir seorang anggota polisi."

Meski demikian, kasus ini tetap menimbulkan kontroversi dan sejumlah pertanyaan, misalnya, bagaimana bisa seorang "Muslim non Asia" menangkap seorang penjahat berjenis kelamin laki-laki, tanpa menyentuhnya.

"Diskusi-diskusi banyak bermunculan setelah kasus ini terjadi. Banyak yang menanyakan, bagaimana bisa polwan itu menangkap orang jika ia menolak menyentuh laki-laki, " kata seorang anggota polisi.

Namun juru bicara London Metropolitan Police menegaskan bahwa ada garis yang jelas antara acara-acara yang bersifat pribadi dengan ketika seorang polisi melakukan tugasnya secara profesional.

"Ada sebuah standar antara kehidupan pribadi dan profesi, " tegas sang jubir.

Yang jelas, muslimah itu sudah menyelesaikan semua tahapan perekrutan dan pelatihan sebagai calon anggota polisi yang berlangsung selama 18 minggu. Pelatihan itu termasuk pelatihan keselamatan yang di mana kontak fisik antara satu dengan yang lainnya, tidak bisa dihindarkan.

Sama seperti anggota polisi lainnya yang baru lulus, polwan muslimah itu harus membuktikan pada atasannya selama dua tahun mendatang, bahwa ia memang pantas menjadi seorang anggota polisi.

Sejak 2001, Scotland Yard memberi keleluasaan bagi polwan yang muslimah untuk mengenakan jilbab. Saat ini, dari 35 ribu aparat kepolisian London Metropolitan, yang Muslim hanya 300 orang, dan 20 di antaranya adalah Muslimah. (ln/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/news/int/45b477aa.htm

Tuesday, January 23, 2007

Kelompok Islam Tunis Akui Serang Pemerintah, Karena Teror Terhadap Muslimah Berjilbab

Selasa, 9 Jan 07 21:52 WIB

Teror dan tekanan dari pemerintah Tunis terhadap perempuan Muslimah berjilbab menyulut kemarahan sejumlah kelompok Islam. Baru-baru ini, sebuah kelompok bersejata yang mengatasnamakan “Pemuda tauhid dan jihad di Tunis”, melakkan serangan terhadap tentara Tunis. Serangan itu, memakan korban 12 orang meninggal dan 15 orang lainnya ditangkap. Sementara, kelompok yang melakukan serangan itu menyatakan pihaknya sah melakukan serangan, terkait operasi yang dinamakan mereka “perlawanan tekanan terhadap para Muslimah berjilbab dan perng terhadap penjajah.”



Menurut harian Elhayat London, dijelaskan bahwa organisasi yang meluncurkan website dukungan terhadap jaringan Al-Qaidah, “Mereka adalah pemuda yang terlibat dengan tentara Tunis dan mereka adalah putera terbaik Tunis dalam hal akhlak, budaya, prilaku dan system hidupnya. Mereka semua berasal dari keluarga terkenal di masyarakat dan mereka bukan orang-orang criminal.”

Di Tunis, baru kali ini ada sebuah kontak senjata yang kemudian diakui secara terus terang oleh kelompok tertentu. Kemunculan mereka diduga sangat terkait dengan pernyataan pemerintah Aljazair untuk menghentikan semua aktifitas masyarakat Tunis di Aljazair lalu dikait-kaitkan dengan “Jamaah Salafiyah li Dakwah wa Qital.”

Kelompok bersenjata “Pemuda Tauhid dan Jihad di Tunis” sendiri menyatakan dalam websitenya bahwa serangan itu memang diarahkan sebagai reaksi atas terror dan tekanan pemerintah serta keamanan Tunis terhadap wanita Muslimah yang berjilbab. “Muslimah di negeri ini, harus menderita karena dilarang berjilbab, ” tulis mereka. Reaksi itu juga disebutkan terkait larangan pemerintah terhadap pemeliharaan jenggot yang bagi para pemuda itu sebagai symbol komitmen keagamaan dan menjaga diri dari penyimpangan. (na-str/albwb)

Source : http://www.eramuslim.com/news/int/45a33da1.htm

Meniti Hidayah

13 Jan 07 18:11 WIB

Oleh : Indah Prihanande

Rasa asing menghampiri ketika adik saya mengenakan jilbab untuk pertama kali. Saat itu saya menganggap jilbab adalah bukan pakaian modern. Jilbab hanya dikhususkan untuk guru agama, orang yang bersekolah di madrasah dan sejenisnya yang berbau agama. Tidak cukup sampai di situ, orang yang mengenakan jilbab saya anggap kuno dan tradisional.

Kesan ‘kuno’ itu semakin meyakinkan saya ketika adik saya mengenakan jilbab dan baju yang serba lebar plus di dalamnya dilapisi dengan celana panjang. Kaos kaki menjadi pelengkap yang tidak ketinggalan.

***

Bersamaan dengan itu, adik saya juga mengenakan jilbab mungil kepada putri saya yang masih bayi. Perasaan yang muncul di hati saya ketika itu adalah perasaan bangga. Bangga karena putri saya terlihat cantik, lucu, imut–imut dan menggemaskan. Tidak ada terbersit sedikitpun tentang sebuah makna berdasarkan keimanan. Saya hanya melihat indah secara fisik, itu saja.

Entah kenapa, tanpa saya sangka puteri saya itu begitu ‘taat’ mengenakan jilbabnya. Dia akan segera mengambil jilbabnya ketika saya mengajaknya keluar rumah. Tidak akan pergi ketika jilbab tersebut belum ditemukan.

Suatu waktu di dalam angkot yang pengap dan panas, karena kasihan saya ingin membuka jilbabnya tersebut, tapi dia menolak. Dia tidak menangis atau merengek, sementara itu dahinya penuh dengan titik keringat.

Kemudian, entah bermula dari mana, perlahan tapi pasti perasaan malu mulai mulai mengusik saya. Saya mulai merasa jengah ketika menggendong bayi cantik berjilbab rapi, sementara saya sebagai ibu-nya mengenakan celana jeans dan rambut yang terbuka ke mana–mana. Sungguh kontras.

Duh, saya merasa tertinggal dan ingin segera menuntaskan ketetertinggalan itu. Tapi saya tidak ingin mengenakan jilbab lebar seperti adik saya, saya ingin jilbab yang lebih pendek dan lebih bermodel. Jilbab pertama yang saya kenakan adalah berwarna cerah, bagian depannya saya lilitkan kebelakang leher, sehingga tidak terlalu menjuntai. Terlihat rapi dan lebih chic.

Kemudian, entah apa juga yang menjadi penyebabnya, lama kelamaan saya merasa jengah ketika mengenakan jilbab pendek tersebut. Saya merasa bagian dada saya terlihat ke mana–mana. Ada rasa malu yang hadir saat itu.

Setelah itu, saya kenakan jilbab yang agak lebar yang bisa menutupi dada bahkan nyaris panjangnya sampai kepinggang. Rasa nyaman melingkupi perasaan dan hati. Saya merasa telah membentengi tubuh saya sendiri. Ah, tapi rasanya belum cukup, ada yang kurang, sekarang saya juga ingin mengenakan kaos kaki.

Ya, keinginan itu datang dengan sendirinya. Kadang hilang dan tidak jarang muncul dengan sinyal yang teramat kuat. Jika diperkenankan saya ingin mengatakan mungkin itulah yang dinamakan hidayah. Dengan kebesaran Allah, saya mencoba menjalani setiap tahapan dari bisikan kecenderungan hati tersebut. Saya mencoba menjalankan radar kepekaan untuk meraba rasa malu yang datang entah dari mana. Mungkin jika saya mengabaikan bisikan itu, sampai saat ini saya tidak akan pernah bisa memulainya. Saya masih saja akan berkelit bahwa saya belum mendapatkan hidayah, atau saya akan beralasan saya belum siap, baju di rumah saya belum memadai untuk digunakan, atau bagaimana kalau nanti atasan di kantor keberatan dengan pakaian yang saya kenakan tersebut?

Ketika bisikan kebaikan itu datang, saya mencoba belajar untuk menyingkirkan segala alasan keberatan yang mengikutinya. Saya berusaha menguatkan keyakinan untuk melakukan perubahan saat itu juga.

Maka setelah itu, tidak ada satu halpun yang bisa menghalangi.

Saya ingin menikmati indahnya iman ini dengan berani memulai mengenakan pakaian takwa. Saya tidak ingin menundanya lebih lama lagi, menunggu moment yang tepat untuk memulainya.

Semua keputusan itu ada di dalam hati ini, didasar keimanan yang kadarnya tergantung dari usaha kita sendiri akan menempatkannya dalam tingkatan yang mana saja. Saya tidak ingin berada dalam keraguan dan pertimbangan terus menerus. Hingga akhirnya hidayah itu pergi tanpa saya pernah menyadarinya.

*Terimakasih Annisa & Aisya sayang, ..
Nenda_2001@yahoo.com

Source : http://www.eramuslim.com/atc/oim/45a48736.htm