Al Qur'an

Q.S. An Nur/24 : 31

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya, dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya."

QS. Al Ahzab/33 : 59

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang."

Saturday, July 11, 2009

Musim Panas di Tunis, Operasi Anti Jilbab Sementara Ditiadakan

Kamis, 12/07/2007 11:35 WIB


“Selama musim panas tahun ini, saya bebas beraktifitas dan berjalan di mana-mana, tanpa ada pemeriksaan aparat keamanan seperti yang sudah-sudah dan telah disiapkan pemerintah untuk memeriksa para pemakai jilbab. ”

Seperti itulah ungkapan salah satu Muslimah berjilbab di Tunisia. Mereka adalah para pekerja Muslimah di sejumlah negara Teluk dan Eropa yang menikmati liburan musim panasnya dengan pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu.

Seorang perempuan Tunis, Ummu Laila, yang pulang dari salah satu negara Teluk mengatakan, “Pemerintah Tunis meringankan tekanan terhadap para pemakai jilbab sepanjang bulan-bulan liburan agar orang-orang seperti kami bisa menikmati liburan dan negara bisa mendapat masukan dari uang hasil pekerjaan kami di negara lain. ”

Ia lalu bercerita bagaimana tekanan yang dilakukan pemerintah Tunis terhadap perempuan berjilbab di hari-hari sebelumnya. Ia menyebutkan, aparat keamanan melakukan pemeriksaan sampai di bis-bis umum. “Hanya dengan salah satu di antara kami yang memakai jilbab menaiki kereta api atau bis umum, tidak lama kemudian akan datang aparat keamanan yang meminta kami melepaskan jilbab. Bila kami menolak ia akan menangkap dan membawa kami ke kantor polisi untuk diinterogasi karena sikap kami dianggap melanggar undang-undang. ”

Ada pula seorang muslimah bernama Nur usia 29 tahun. Ia masih duduk di kelas 3 SMU, secara kritis ia mengatakan, bagaimana pemerintah sangat pragmatis menyikapi masalah jilbab. “Masalah kelonggaran dan pengetatan peraturan itu ternyata sangat tergantung dengan pemasukan uang atau agar mereka yang datang dari luar Tunis tidak menceritakan berita miring tentang Tunisia saat pulang ke tempat bekerja di luar negeri. ” (na-str/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/musim-panas-di-tunis-operasi-anti-jilbab-sementara-ditiadakan.htm

Kandidat Presiden Perempuan Pertama India Tersandung "Kerudung Invasi"

Kamis, 21/06/2007 11:30 WIB


Warga Muslim di India menuntut gubernur negara bagian Rajasthan untuk minta maaf atas pernyataannya yang dinilai provokatif dan menyinggung perasan warga Muslim.

Pratibha Patil nama gubernur itu, yang juga dicalonkan sebagai kandidat presiden oleh dari United Progressive Alliance (UPA)-aliansi partai yang saat ini berkuasa di India-membuat warga Muslim India marah karena mengatakan bahwa kaum perempuan Hindu mulai mengenakan kerudung hanya setelah kaum Mughal berkuasa di India.

Pernyataan itu diungkapkan Patil saat memberikan keterangan pers di Udaipur akhir pekan kemarin. Saat itu ia mengatakan, "Kerudung dikenalkan untuk melindungi mereka dari serbuan orang-orang Muslim. "

Menurut Patil, kaum perempuan India sekarang sudah maju dan sudah seharusnya meninggalkan tradisi mengenakan kerudung. "Saat ini, kaum perempuan sudah maju di berbagai bidang, kita selayaknya secara moral mendukung dan mendorong mereka dengan meninggalkan praktek-praktek semacam itu, " ujar Patil.

Anggota parlemen India dari Majlis-e-Ittehaddul Muslimin (MIM) Asaduddin Owaisi, langsung bereaksi mendengar pernyataan Patil dan menggelar konferensi pers di Hyderabad-kota yang mayoritas penduduknya Muslim-pada Rabu (20/6).

Dalam konferensi pers itu, Owaisi meminta Patik segera memberikan klarifikasi dan menarik pernyataannya. Jika tidak, MIM akan menarik dukungannya terhadap Patil dalam pemilihan presiden India mendatang.

"Kami sangat terkejut dengan pernyataannya. Ia harus segera mengklarifikasi dan menarik pernyatannya yang kontroversial itu. Jika tidak, ia akan kesulitan mendapatkan dukungan dari MIM sebagai presiden perempuan pertama di India, " tandas Owaisi seperti dilansir Indo-Asian News Service.

Sekretaris Jenderal Ulema-i-Hind Mehmood Madani juga menuntut Patil menarik ucapannya dan minta maaf.

Sementara Sekretaris All India Muslim Personal Law Board Abdur Rahim Qureshi mengatakan, pernyataan-pernyataan Patil menunjukkan ketidaktahuannya akan sejarah India. Menurut Qureshi, mengenakan kerudung sudah menjadi tradisi kaum perempuan Hindu sejak lama, jauh sebelum kedatangan penguasa Muslim.

"Mereka biasa mengenakan kerudung saat keluar rumah dan ketika bertemu dengan orang-orang yang lebih tua, sebagai tanda hormat mereka, " tukas Qureshi.

Pakar sejarah BP. Sahu mengungkapkan hal serupa. Ia menyatakan, banyak orang yang tidak sadar akan sejarah bahwa kerudung sudah dikenakan kaum perempuan India sejak awal munculnya masyarakat India.

Menurut Sahu, kaum perempuan di India sudah mengenakan kerudung sejak awal abad ke-13, tiga abad sebelum kedatangan kaum Mughal. Ia juga mengatakan, mengenakan kerudung adalah tanda penghormatan pada orang-orang yang lebih tua.

"Pemikiran bahwa mengenakan kerudung adalah akibat dari invasi kaum Mughal, merupakan pemikiran yang ditanamkan oleh kalangan sejarawan Inggris, " kata Sahu.

Kecaman atas pernyataan Patil juga dilontarkan oleh Presiden Jamaat-e-Islami Muhammad Salim. Ia mengingatkan pernyataan tersebut bisa memicu kekerasan.

"Pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab semacam itu bertolak belakang dengan martabat dan jabatan terhormat seorang gubernur, karena pernyataan itu bisa memicu rasa permusuhan di tengah masyarakat dan sangat membahayakan hubungan yang harmonis di masyarakat, " ujar Salim.

Jumlah warga Muslim di India saat ini diperkirakan sekitar 140 juta orang. India menjadi negara ketiga setelah Indonesia dan Pakistan, yang jumlah penduduk Muslimnya paling banyak di dunia. (ln/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/kandidat-presiden-perempuan-pertama-india-tersandung-quot-kerudung-invasi-quot.htm

Operasi Akhir Tahun Larangan Jilbab di Tunis

Rabu, 23/05/2007 14:47 WIB

Jaksa Penuntut Umum Tunisia melemparkan tuduhan 30 orang yang diduga terlibat dalam aksi terror dan konspirasi terhadap pengamanan nasional Tunis. Penjatuhan vonis ini dilakukan di tengah semakin ketat dan intensifnya pihak pengamanan Tunisia melarang penggunaan jilbab dan symbol-simbol keagamaan yang muncul di kalangan para mahasiswa di Tunis.

Perang melawan jilbab di Tunis mencakup pelarangan penggunaan jilbab saat ujian berlangsung. Mereka menamakan aksi pelarangan ini dalam paket “Operasi Akhir Tahun Melarang Jilbab”.

Harian Asy Syuruq edisi Selasa (22/5) menyebutkan, “Tuduhan yang diarahkan kepada para tersangka adalah “konspirasi terhadap pengamanan nasional dan memprovokasi masyarakat untuk memunculkan kekacauan dan peperangan, serta pelanggaran pemilikan senjata. ”

Menurut harian tersebut, mereka ditangkap setelah terjadi kontak senjata di awal tahun ini, antara kelompok Salafiyah dan unit pengamanan Tunisia hingga mengakibatkan jatuhnya korban sebanyak 14 orang. Kontak senjata terjadi sekitar 40 km ke arah selatan ibukota Tunisia, Tunis. Pemerintah Tunisia saat itu mengatakan telah menangkap sejumlah orang dari kelompok Salafiyah dan mengumumkan, bahwa kelompok itu berencana melakukan aksi teror ke sejumlah kantor pemerintah. Sementara menurut para advokat Tunis, ada seribuan orang yang ditangkap oleh pemerintah dengan tudingan berencana melakukan aksi teror.

Sementara itu, Pemerintah Tunis masih terus melakukan perang terbuka yang lebih massif untuk melarang penggunaan jilbab dan berbagai symbol keagamaan yang belakangan marak muncul di kalangan mahasiswa. Dalam sejumlah laporan media massa disebutkan, pasukan pengamanan Tunis mengepung sebuah kampus di kota Shafaqus pada hari Jum’at (18/5). Mereka memaksa para mahasiswi melepas jilbab dan cadar ketika berada di dalam kampus. Peristiwa ini lalu memunculkan kontradiksi di kalangan mahasiswa hingga memicu terjadinya konflik antara mahasiswa dengan aparat keamanan pemerintah.

Menurut sejumlah sumber di kota Shafaqus, ada seorang mahasiswi yang terluka parah dalam insiden itu akibat serangan yang dilakukan pihak pengamanan. KorespondenIslamonline mengatakan bahwa perang terhadap jilbab di Shafaqus dilakukan beberapa waktu terakhir karena memang pemerintah memperketat pelarangan terhadap berbagai symbol keagamaan yang ada di kalangan mahasiswa. “Aksi pelarangan ini difokuskan di berbagai lembaga pendidikan, dan dikenal dengan “operasi akhir tahun terhadap jilbab”. (na-str/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/operasi-akhir-tahun-larangan-jilbab-di-tunis.htm

Akankah Jilbab Kembali "Berkibar" di Bosnia?

Jumat, 18/05/2007 15:23 WIB


Selama berpuluh-puluh tahun peguasa komunis di Yugoslavia melarang semua simbol keagamaan termasuk jilbab. Warga Muslim Bosnia yang ketika itu masih menjadi bagian Yugoslavia, merasakan dampak larangan itu.

Jilbab hanya dikenakan oleh orang-orang yang sudah lanjut usia di daerah pedalaman dan hanya dipandang sebagai bagian tradisi masyarakat Bosnia bukan sebagai kewajiban agama.

Tapi sekarang, setelah lepas dari Yugoslavia, jilbab mulai kembali marak dikenakan oleh anak-anak muda Muslimah di Bosnia. "Nyatanya, saya tidak terganggu melihat para remaja puteri mengenakan rok mini. Tapi saya berharap juga menghormati saya yang ingin mengenakan jilbab, " kata Alma, 25, yang mengenakan jilbab berwarna marun.

"Meski dengan berjilbab, saya tidak bisa belajar di Prancis, di mana hak-hak dasar sudah dilanggar. Tapi di sini, sudah menjadi hal yang biasa dan sangat memungkinkan untuk mengenakan jilbab, " sambungnya.

Sejak perang 1992-1995, di kota Sarajevo-kota yang banyak penduduk Muslimnya-sudah banyak terlihat Muslimah berjilbab dan bercadar lalu lalang di jalan. Tapi di banyak wilayah yang penduduknya masih didominasi oleh warga Kristen Serbia dan Katolik Kroasia, jilbab masih menjadi hal yang tidak disukai seperti di zaman komunis.

Di sebuah sekolah di kota Brcko- kota yang terbagi-bagi berdasarkan etnis masyarakatnya, seorang guru beretnis Serbia berseteru dengan seorang psikolog yang kebetulan Muslimah dan berjilbab. Semsa Ahmetsphanic mengatakan, rekannya yang guru itu menolak kehadirannya di kelas karena ia mengenakan jilbab.

"Saya tidak mau bersikap keras karena Brcko memiliki lingkungan yang spesifik. Kami berusaha untuk menghindari situasi yang bisa memicu konflik, " kata Semsa.

Milan Puric, seorang deputi di dewan kota dari kalangan Serbia menginginkan agar jilbab dilarang di institusi-institusi publik. Isu jilbab menurutnya hanya akan menimbulkan perpecahan etnis di Bosnia.

"Kami belum mencapai level toleransi. Tapi jika saya salah, maka persoalan ini seharusnya dibahas atau tidak sama sekali, " katanya. Apa yang dimaksud Puric adalah, jika jilbab dibolehkan maka simbol-simbol gereja ortodok dan gambar-gambar salib seharusnya juga diolehkan dipasang di ruang-ruang kelas sekolah.

AFP menyebutkan, saat ini dari 3, 8 juta penduduk Bosnia, 40 persennya Muslim, 31 persen Kristen Ortodok dan 10 persen Katolik. (ln/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/akankah-jilbab-kembali-quot-berkibar-quot-di-bosnia.htm

WTF Resmi Berlakukan Larangan Jilbab

Rabu, 16/05/2007 11:06 WIB

Federasi Taekwondo Dunia (WTF) menambah daftar panjang organisasi olah raga yang melarang atlet perempuan berjilbab ikut dalam kompetisi. WTF yang bermarkas besar di Seoul menyatakan bahwa mereka tidak mengenal basis agama dan tidak akan mengakomodasi simbol-simbol keagamaan, termasuk jilbab.

Hal tersebut ditegaskan dalam surat resmi yang dikirim WTF pada Canadian Taekwondo Federation, yang meminta masukkan dari WTF tentang jilbab. Hal ini terkait dengan kasus lima atlet taekwondo di Montreal yang tidak diizinkan ikut dalam turnamen antar provinsi di Longueuil, karena mereka mengenakan jilbab.

Federasi Taekwondo di Quebec menyatakan mereka akan tetap melarang atlet taekwondo mengenakan jilbab saat kompetisi, sesuai aturan yang berlaku.

WTF dalam surat resminya menegaskan, larangan mengenakan jilbab bagi atlet taekwondo akan mulai diberlakukan saat kejuaraan internasional taekwondo, yang akan digelar di Beizing, China tahun ini. WTF mengklaim, Komite Olimpiade Internasional juga memiliki posisi yang sama terkait tatacara busana Muslimah.

Sikap WTF, berbeda dengan sikap Federasi Taekwondo Internasional (ITF)-organisasi taekwondo terbesar kedua di dunia. Pekan lalu ITF menyatakan mengizinkan atlet taekwondo perempuan berjilbab ikut kompetisi, termasuk kompetisi tingkat dunia yang akan digelar di Quebec bulan ini.

ITF dalam peraturan organisasinya tidak mencantumkan larangan berjilbab. Organisasi ini menyatakan akan tetap memberlakukan kebijakan itu, sampai jajaran pengurusnya melakukan pembahasan atas masalah ini.

Federasi Taekwondo Quebec ternyata lebih menerima aturan yang berlaku di WTF dan menolak untuk mematuhi aturan ITF, dengan alasan mayoritas klub taekwondo di Quebec berada di bawah WTF. Di Quebec, Kanada, WTF memiliki sekitar 8. 000 anggota, sedangkan ITF hanya 3. 000 anggota.

Kasus larangan berjilbab bagi para atlet, merupakan kasus kedua yang terjadi di Kanada. Belum lama ini, Kanada juga diguncang pro dan kontra kasus larangan berjilbab pemain sepakbola. (ln/iol)

Source : http://www.eramuslim.com/berita/dunia/wtf-resmi-berlakukan-larangan-jilbab.htm